Tuesday, December 22, 2009

Mitos Burung Kecil Ibrahim dan Amanah Khalifah

Burung Kecil Ibrahim AS; sang Khalifah


Tika mana api itu membakar,
Seorang kekasih Allah,
Dia pernah hadir hingga menjadi satu lagenda,
Dengan tetes-tetes kecil air,
Diparuh yang sebentuk,
Kau Sirami keikhlasan pada lautan keengkaran,
Yakin aku, sepertimana terakam dalam kalimat pewaris anBiya',
Namamu telah terpahat di kota-kota syurga,

Namun sang burung kecil,
Ku harap baktimu, tak tersalah tanggapi,
Oleh para khalifah bumi,

Api yang tika dulu membakar Ibrahim,
Ingin ku khabar pada mu; kian marak,
Membakar bukan hanya Nabi,
Bahkan cuba dibakari; Kalam Tuhan,
Juga pewaris nabi,
Juga lisan adabi,
Juga budi insani,

Namun Sang Burung kecil,
Jihadmu, kini menjadi tempelan,
Di lidah-lidah waris Al Anbiya’ yang penuh bebalan,
Para Duat, Juru Islah dan Ulamak,
Engkar pada Amanah kekhalifahan,
Bermujahadah dalam amal sang burung kecil,
dalam jasad kesempurnaan insan,

Sebenar-benarnya mereka,
Melafazkan dari listrik mata haiwani,
Hanya satu citra Wahani,
Yang menutupi landasan imani,
Litupan ilmi,
Jauh dari kelurusan jalan-jalan akhlaki,

Tika itu sang burung kecil,
Belum tentu sang helang akan punya makna,
Jika pun hadirnya ia,
Berhadapan, api baru Ibrahim a.s.,

Telah jelas dari benak fahamku,
Bahawa tetes air menitis dari paruh mu,
... yang sebentuk cuma,
Sudah punya jannah harganya,
Namun malangnya aku,
Tidak lahir seperti kamu,
Kecil, berparuh dan terbang rendah,
Kerana aku seorang manusia,
Dilahir cukup sifatnya

Sang burung kecil,
Mungkin seraya benar, metafora tuhan itu indah,
Namun kebebelan manusia itu juga punya uniknya,
Hingga hanya Tsunami bisa menggerak lidah kepada lafaz bismi,
Astaga yang tidak putus-putus, bertaubat seketika.

Namun bila Tsunami berlalu,
Dilupa pergi,
Tsunami kefasadan, keengkaran dan kemaksiatan berganti,
Dan manusia dihanyutkan oleh kecintaan Duniawi, kecintaan Wahani,
Pewaris al Anbiya’ hanya duduk merenungi, menginsafi,
Bermujadahlah mereka, sekadar burung-burung kecil,

Kuharap kau bisa datang kembali,
Hai Sang Burung Kecil,
Memberi pesan pada para Khalifah bumi,
Pada Amanah yang dicuaikan,
Pada Ibrah yang disalah fahami,
Bahawa mereka bukan kamu,
Dan tidak terangkat taklif,
pada alasan-alasan Wahani,

Maka diamlah kamu disana Sang Burung Kecil,
Berkicauan di Raudatul Jannati,
Moga-moga kami Khalifah Bumi ...
tidak Pasrah meratapi.

Hijrahlah...

Abu Saif al Mahshari
1 Muharam 1431H

Thursday, December 17, 2009

Bidadari di RAUDHAH kasih ilahi


Bidadari di taman kasih Ilahi

Anak-anak itu,
Yang bertegaran dipasar-pasar hiburan, tanpa masa,
Yang berembun dalam dakapan iblis dan syaitan, tanpa malu,
Yang berdansa dalam sinar neon dan simbahan khamar, tanpa segan,
Yang berterbangan dalam awan dan lelangit ciptaan syabu, gam dan ice, tanpa nyawa,

Anak-anak itu,
Adalah anak-anak kita

Betapa kamu ingin menutupi,
Betapa kamu ingin mengendah nafi,
Betapa pun kuat tangan melayang ke pipinya, memarahi,
Betapa pun, remuk hatimu menangisi,

Anak-anak itu,
Adalah anak-anak kamu,
Yang kamu pernah warnai,
Hitam, biru, merah, jingga atau pun apa pun warnanya,
Adalah warna-warna yang kamu telah simbahi,
Pada kain putih yang dulu suci,

Tidak, bukan tidak cukup kasih sayang,
Bukan juga tidak cukup pelajaran,
Atau apa-apa pun sokongan dan peluang,
Namun, bila cinta Allah tiada di hati,
Hati kamu dan anak-anak ini,
Maka kasih kan bertukar sepi,

Maka sang Teruna Dunia datang mengisi,
Hati yang sepi dari cinta Ilahi,
Berganti kelazatan arak, seks, kebebasan dan suntikan fantasi,
Yang terus membuai anak-anak kita, dalam alam mimpi,

Bapa, ibu, abang, kakak, adik, saudara,
Cepatlah kita berkejaran,
Meragut kembali anak kita dari dakapan iblis dan syaitan,
Membangkitkan dia dari tidak kesedaran,
Membangun dia dari kelupaan,
Mengejutkan dengan salam-salam harapan,


Anak-anak kita itu,
Pernah menjadi kain putih yang suci,
Pernah bersaksi pada Ilahi bahawa dialah Rabbi,
Anak-anak kita itu MAMPU kembali,
Pada cinta dan kasih sayang Ilahi,
Yang membangun akhlak budi murni,
Mencetuskan visi dan misi madani,
Membangun jiwa yang merdeka hakiki,
Yang tidak tunduk pada Cinta Dunia dan segala isinya ...

Wahai Abdi,
Kembalilah kita mengisi kekosongan dalam hati sepi ini,
Hatimu dan hati anak-anak ini,
Kerana hanya Hati yang terisi dengan Cinta Ilahi,
Kan merasa kecukupan yang hakiki,
Yang tidak memerlukan pada cinta palsu manusia dan dunia dan segala isi,
Yang akan merasa damai, tenang yang abadi,

Singgahlah teman, anak-anak,
Di RAUDHAH kasih Ilahi,
Disini Cintakan berputik kembali,
Cinta Allahkan membaja nurani,
Kasih sayang ibu ayah anak saudarakan kembali bererti,
Hidupkan memberi seribu makna,
Masa Depankan menjadi cita-cita murni sang Abdi,

Maka kamu akan bersaksi atas nama Rabbul Izzati,
anak-anak dan dirimu yang suatu waktu dahulu,
terpalit dengan warna-warna keji,
Mampukan putih kembali,
Kerana dia Rabbi, Maha Pengasih, Maha Penyayang,
Sumber segala kecintaan dan keampunan,
Ketenagan dan bahagia mutlaki,
Maka anak-anak jalanan dahulu,
Adalah kini,
Sang Bidadari di RAUDHAH kasih Ilahi.


Abu Saif al Mahshari
7 Syawal 1430H
Himpunan Ukhwah Aidilfitri RAUDHAH